Living is Learning
merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh Havigrusht. Dengan kalimat
tersebut memberikan gambaran bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting,
sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang
membicarakna masalah belajar. Hampir semua pengetahuan, sikap, ketrampilan,
perilaku manusia dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar . Kegiatan
belajar dapat dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Dirumah, disekolah,
di pasar, di toko, di masyarakat luas, pagi, sore dan malam. Karena itu,
belajar merupakan masalah bagi setiap manusia. Oleh sebab itu dibutuhkan cara
belajar yang tepat untuk menghasilkan perubahan sikap yang baik pula.
Banyak teori
tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini.
Pada awal abad ke 19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak
sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(Behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov
(tahun 1990) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik
(classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini
dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike,
B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati, pengulangan dan pelatihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi.
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Laerning is a process of
progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas,
adanya tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
McGeoch (lih. Bugelski, 1956) memberikan definisi tentang belajar “
Learning as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan
pada penampilan dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).
Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari
individu yang belajar. Baik yang dikemukakan oleh Skinner maupun yang
dikemukakan oleh McGeoch memberikan gambaran bahwa sebagai akibat belajar
adanya perubahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Hanya oleh
McGeoch dikemukakan perubahan itu sebagai akibat dari latihan, sedangkan apa
yang dikemukakan Skinner tidak secara jelas hal tersebut diajukan.
Horgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “ Learning can be
defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result
of practice or experience”. Hal yang muncul dalam definisi adalah perubahan
perilaku atau performance itu relative permanent.. Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan prilaku itu sebagai akibat belajr dari latihan
(practice) atau karena pengalaman (experience). Pada pengertian latihan
dibutuhkan usaha dari individu yang bersangkutan, sedangkan dari pengertian
pengalaman usaha tersebut tidak tentu diperlukan. Ini mengandung arti bahwa
dengan pengalaman seseorang atau individu dapat berubah perilakunya, disamping
perubahan itu dapat disebabkan oleh karena latihan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar secara
sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus
secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada
perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada prilaku
yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi kareana pengalaman.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus
dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Teori belajar behavioristik yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik memandang individu hanya dari sisi jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih siswa sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3)
Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in
Operant Learning; (6) The Elimination of Responses. Kaum behavioris
menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana
reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pembelajar dalam
berperilaku.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga
kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka
memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif
sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan
unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Demikian halnya
dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan
motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Box yang digunakan skinner utuk melakukan eksperimen disebut skinner box.
Yaitu sebuaah box yang didalamnya terdapat ; pengungkit, tempat makanan
(penampung makanan), lampu (yang dapat di nyalakan dan dimatikan sesuai
kehendak eksperimenter), dan lantai dengan gril yang dapat dialiri listrik.
Skinner menggunakan tikus sebagai binatang cobanya. Tikus yang akan
dicobadibuat lapar terlebih dahulu kemudian dimasukan kedalam box. Karena dalam
keadaan lapar, diasumsikan tikus akan memiliki dorongan untuk mencari makanan.
Tikus yang dimasukan teersebut ternyata membuat gerakan-gerakan atau respons
dan kebetulan menyentuh pengungkit. Banyaknya sentuhan atau penekanan pada
waktu tertentu dihitung sebelum terbentuk kondisioning operand an hal ini
disebut dengan bas line atau operant level. Setelah hal ini diketahui,
selanjutnya yang akan dilakukan yaitu mengaktifkan alat pemberi makanan.
Sehingga ketika tikus menyentuh pengungkit, makanan akan jatuh ketempat
makanan. Tikus akan segera memakan makanan tersebut, dan jika menginginkan
makanan lagi maka tikus akan menyentuh pengungkit kembali. Dalam hal ini
makanan sebagai reward akan memperkuat frekuensi seringnya tikus akan melakukan
penekanan pengungkit. Sehingga dengan begitu akan terbentuklah kondisioning
operan. Jika sudah terbentuk operan, dan jika tikus menekan kembali pengungkit
tetapi tidak mendapatkan makanan maka akan terjadi extinction seperti halnya
pada kondisioning klasik. Jika suatu ketika saat tikus menekan pengungkit
kembali dan diberikan makanan setelah tikus menekan pengungkit, maka akan
segera kembali dengan cepat terbentuk kondisioning operan. Hal inilah yang
sering disebut dengan spontaneous recovery yang juga terjadi pada kondisioning
klasik.
Bagaimana aktivitas tikus didalam box dicatat dengan alat dalam bentuk
komulatif (cumulatif record), yaitu mencatat jejak (track) dari tikus dalam
box. Karena catatan bersifat komulatif maka catatan tersebut tidak pernah
turun. Waktu dicatat pada X, dan jumlah respons pada Y.
Teori operant conditioning dikembangkan oleh Burr Federic Skinner
(1904-1990). Skinner memandang manusia sebagai mesin. Seperti mesin lainnya,
manusia bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responsnya terhadap
stimulus yang dating dari luar. Dalam mengkaji tentang belajar, Skinner
memiliki pandangan yang berbeda dengan Pavlov. Pavlov mempelajari tentang
classical conditioning yang berkaitan dengan gerak refleks, sedangkan Skinner
mempelajari gerak non refleks atau perilaku yang disengaja. skinner mengadakan
eksperimen dikenal dengan Skinner box dengan menggunakan kotak yang didalamnya
terdapat: pengungkit, panampung makanan,lampu yang dapat dinyalakan dan
dimatikan sesuai kehendak peneliti, dan lantai dengan gril yang dialiri
listrik.
Berdasarkan
pada eksperimen tersebut Skinner mengemukakan dua prinsip umum yang berkaitan
dengan operant conditioning, adalah :
a)
Setiap respons yang diikuti oleh penguatan (reward atau
reinforcing stimuli) cenderung akan diulang kembali.
b)
Reward atau reinforcing stimuli akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respons.
Skinner
membagi dua macam pengkondisian, yaitu :
a)
Respondent conditioning (conditioning tipe S). disebut
conditioning tipe S karena conditioning tipe ini menekankan pentingnya stimulus
(S) dalam menimbulkan respons yang dikehendaki atau diinginkan. Conditioning
ini sama dengan classical conditioning dari Pavlov.
b)
Operant conditioning (conditioning tipe R). Disebut conditioning
tipe R, karenaa conditioning ini menekankan pentingnya respons.
Menurut skinner, hadiah dapat meningkatkan
probabilitas timbulnya respons. Suatu tindakan dapat dinyatakan sebagai
penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang ditimbulkan. Tekanan
utama dalam teori operant conditioning adalah respons atau perilaku dan
konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons
sedemikian rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus
yang memperkuat (reinforcement stimuli). Siswa yang belajar dengan
sungguh-sungguh akan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian. Nilai yang baik
itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik merupakan
operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat
nilai yang buruk pada waktu ujian, dia akan merasa takut tidak naik kelas.
Karena takut tidak naik kelas, dia terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Hal
ini disebut dengan penguatan negatif. Dalam rangka pembentukan perilaku menurut
Skinner perilaku yang ingin dibentuk itu perlu dianalisis atau dibagi menjadi
menjadi tahapan-tahapan yang lebih kecil yang kesemuanya itu akan bermuara pada
perilaku yang akan dibentuk tersebut. Untuk membentuk perilaku dengan shaping
diperlukan langkah-langkah;
a)
Membuat penjabaran perilaku yang akan dibentuk dalam
perilaku-perilaku yang lebih kecil menuju ke perilaku yang akan dibentuk
b)
Menentukan reinforcement yang akan digunakan
c)
Reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang
makin dekat dengan perilaku yang akan dibentu.
Teori Skinner sangat berpengaruh besar pada saat ini, terutama di Amerika
Serikat dan negara-negara lainnya. Di dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan
metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program
inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasarkan teori
Skinner. Program-program tersebut misalnya:
Programmed
Instruction, dan sarananya programmed book.
Computer Assisted Instruction (CAI), dan
Program yang menggunakan teaching machine.
Computer Assisted Instruction (CAI), dan
Program yang menggunakan teaching machine.
Dalam kehidupan sehari-hari teori
Skinner tentang pengkondisian ini sangat diminati saat ini karena memang
memiliki fungsi yang sangat membantu manusia. Melalui teori ini orang-orang
dapat melatih hewan peliharaan (kucing, anjing, burung dll.) maupun hewan-hewan
yang berguna dalam membantu manusia (merpati, anjing polisi dll.). Dalam
pengkondisian operan menurut Skinner ini, para pelaku eksperimen dapat mendorong
perilaku baru dengan mengambil manfaat dari perbedaan tindakan subyek. Untuk
melatih seekor anjing,agar bisa menekan bel dengan moncongnya, seorang
penyelidik dapat memberikan imbalan setiap kali anjing tersebut mendekati
kawasan bel, serta memberi isyarat bagi anjing untuk menyentuh bel. Dan jika
akhirnya bel tersentuh, kembali diberi imbalan (penguatan).Dengan cara ini juga
burung dara dapat dilatih dengan membentuk respon operan untuk menemukan lokasi
orang-orang yang hilang di laut; ikan lumba-lumba dilatih untuk menarik
peralatan di bawah air. Teori Skinner ini juga sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan, dimana rata-rata system pendidikan saat ini menerapkan system
pengkondisian Skinner. Saat sensitifnya masalah hak asasi manusia (HAM), maka
penerapan hukuman di dunia pendidikan mulai dikurangi dan beralih ke cara yang
dperkenalkan Skinner yaitu bahwa hukuman tidak perlu, yang diperlukan adalah
memberi hadiah bagi yang berprestasi untuk merangsang anak-anak yg tidak
berprestasi untuk belajar lebih baik lagi.
Dari penjelasan terperinci diatas tentang operant conditioning dapat
diambil kesimpulan bahwa operant conditioning merupakan teori belajar yang
menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan
cenderung diulang-ulang. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit
secara organisi
b)
Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa,
jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c)
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d)
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e)
Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f)
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri.
g)
Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h)
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i)
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j)
Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
k)
Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil,
semakin meningkat mencapai tujuan
l)
Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m)
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah
laku operan.
n)
Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o)
Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan
secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda
iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
SIMPULAN
Teori
belajar menurut B.F Skinner, Operant
Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon
berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung
mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya
hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk
belajar.
Menurut
Skinner, unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan
(reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
RC
Rifa’i, A., C. T. Anni. 2012. Psikologi
Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. (100-102).
Sukirman.
2016. Cetakan Buku Panduan Teori Belajar
Tahun 2016. Semarang. (37-42).
0 comments:
Post a Comment