Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis strategi belajar mengajar sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling tepat untuk suatu bidang pengajaran. Strategi belajar mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputu sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Strategi belajar mengajar di sini merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula. Sehingga perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Strategi belajar mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan.
Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach dan Ely dalam bukunya ”Teaching
and Media: A Systematic Approach” mengemukakan bahwa teknik (yang
kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap situasi belajar
mengajar. Teknik adalah jalan atau alat yang digunakan guru untuk mengarahkan
kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Guru yang efektif,
sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode dengan efektif dan efisien
menuju tercapainya tujuan.
Metode menurut Winarno Surakhmad (dalam Uno: 2007) adalah
cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal
ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode
belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang metode pendekatan
pembelajaran inquiry dan discovery (Guided
Discovery Lesson atau pelajaran
dengan penemuan terbimbing).
A. Pengertian Model
Pembelajaran Inquiry Dan Discovery
Inquiry berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135). David L. Haury dalam
artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (dalam Sutrisno:
2008) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan
tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara
rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata
lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan
aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa
ingin tahu.
Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan
bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan
perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. Jadi strategi inquiry dan discovery berarti
suatu rangkaian kegiatan belajar antara siswa dan guru sebagai pembimbing untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Metode inquiry yang mensyaratkan
keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap
anak terhadap Sains. Selanjutnya, metode pembelajaran ini berupaya menanamkan
dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran
ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Memilih masalah yang perlu disampaikan
kepada kelas untuk dipecahkan. Selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
B. Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Inquiry dan Discovery
Langkah langkah dalam melaksanakan
model pembelajaran ini antara lain:
1.
Merumuskan
masalah
Guru menyajikan permasalahan berupa
pokok-pokok materi yang akan disampaikan.
2.
Adanya
Hipotesis
Guru menceritakan fenomena-fenomena
yang terjadi. Atau fakta-fakta yang ada hubungannya dengan materi yang akan
disampaikan.
3.
Mengumpulkan
Bukti
Siswa melakukan percobaan dan
penelitian dalam pencarian fakta-fakta. Dari berbagai macam sumber dan
penggunaan alat-alat percobaan.
4.
Menguji
Hipotesis
Mencocokkan hipotesis yang ada
dengan fakta-fakta yang ditemukan dari hasil percobaan.
5.
Menarik
Kesimpulan
Hal–hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan model pembelajaraninquiry dan discovery antara
lain:
a) Question (pertanyaan). Pembelajaran biasanya dimulai dengan
sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau
kekaguman siswa akan suatu fenomena. Untuk memudahkan proses ini, guru
menanayakan kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan.
b) Student
Engangement (peran
siswa aktif). Keterlibatan
aktif siswa merupakan suatu keharusan.
c) Cooperative
Interaction (interaksi yang kompak dengan anggota
kelompok).
d) Performance
Evaluation. Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu siswa diminta
untuk dapat mengembangkan pengetahuan tersebut berupa membuat suatu produk yang
berkaitan dengan materi. Misalnya membuat kerajinan, karangan, puisi, dan
lain-lain yang merupakan pembelajaran yang bermakna.
e) Variety
of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam
sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara
dengan ahli, dan lain sebagainya.
Contoh penggunaan model
pembelajaran inquiry-discoverydalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
1)
Guru menyiapkan satu materi yang dianggap cocok
untuk inquiry-discovery. (lihat Lampiran 1)
2)
Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
(lihatLampiran
2)
3)
Merumuskan
masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, yang
dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan.
4)
Pengarahan
sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan
kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.
5)
Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memberikan lembar pertanyaan yang disertai
langkah-langkah dalam melakukan percobaan. (lembar kerja kelompok lihat
lampiran 3)
6)
Siswa
melaksanakan percobaan/ penelitian berdasar lembar kerja kelompok.
7)
Peran
aktif siswa dalam mengumpulkan bukti-bukti.
8)
Guru
meminta ketua kelompok untuk membacakan hasil penelitian, dan siswa lain
menanggapi.
9)
Siswa
dibantu guru memberikan kesimpulan dari hasil penelitian.
10)
Guru
memberikan penguatan.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Inquiry dan Discovery
Dalam segala model pembelajaran pasti dalam proses
pengimplementasiannya dan evaluasi terdapat kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan
dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran yang disajikan.
2. Menumbuhkan sekaligus menamkan
sikap inquiry (mencari-temukan).
3. Mendukung kemampuan problem
solving siswa
4. Memberikan wahana interaksi antar
siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Materi yang disajikan dapat mencapai
tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa
dilibatkan dalam proses menemukannya
Kekurangan dari Model Penemuan terbimbing
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
2. Tidak semua siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan cara ini. Dilapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah
mengerti dengan model ceramah.
3.
Tidak
semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang
berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.
0 comments:
Post a Comment